Daripada Zoom, Komunikasi Tatap Muka Ternyata Lebih Baik untuk Kesehatan Otak
GENPOP -- Para ilmuwan telah menemukan bahwa aktivitas otak mengalami penekanan yang signifikan ketika individu terlibat dalam interaksi online, seperti yang difasilitasi oleh platform konferensi video populer, Zoom.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Yale ini menyoroti bagaimana otak kita, yang telah terbiasa memproses isyarat wajah yang dinamis, sangat bergantung pada pertemuan tatap muka sebagai lambang pertukaran informasi sosial.
Dilansir dari www.theweek.in pada Kamis, 2 November 2023, penulis utama studi ini, Profesor Joy Hirsch, seorang tokoh terkemuka di bidang kedokteran komparatif dan ilmu saraf, menjelaskan temuan ini.
“Penelitian kami mengungkapkan bahwa sistem sosial dalam otak manusia menunjukkan peningkatan aktivitas selama pertemuan tatap muka secara real-time, sementara interaksi Zoom menghadirkan sistem komunikasi sosial yang buruk,” Profesor Hirsch menegaskan.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Imaging Neuroscience ini dengan cermat mencatat sinyal respons saraf pada individu yang terlibat dalam interaksi dua orang secara langsung dan percakapan dua orang di Zoom.
Yang mengejutkan, para peneliti menemukan penurunan dramatis dalam kekuatan sinyal saraf selama percakapan Zoom jika dibandingkan dengan percakapan tatap muka.
Peningkatan aktivitas otak yang diamati selama interaksi tatap muka dikaitkan dengan waktu menatap yang lebih lama dan diameter pupil yang lebih besar, yang menunjukkan peningkatan gairah pada kedua peserta. Selain itu, peningkatan aktivitas ini menunjukkan peningkatan kapasitas pemrosesan wajah, yang menggarisbawahi pentingnya isyarat visual dalam pertukaran sosial.
Selain itu, penelitian ini mengungkapkan aktivitas saraf yang lebih tersinkronisasi antara otak individu yang terlibat dalam percakapan tatap muka. Koordinasi ini menunjukkan pertukaran isyarat sosial dan interaksi timbal balik yang lebih lancar antara mitra yang berinteraksi.
“Secara keseluruhan, interaksi tatap muka yang bersifat spontan dan dinamis tampaknya kurang atau berkurang secara signifikan selama pertemuan Zoom,” jelas Profesor Hirsch, sambil menekankan kuatnya efek yang diamati.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Hirsch memiliki serangkaian teknologi neuroimaging canggih yang memungkinkan studi interaksi alami dan real-time antara dua individu. Melalui karya mereka, mereka telah berhasil mengungkap peran penting interaksi langsung dan tatap muka dalam perilaku sosial alami kita.
“Representasi wajah online saat ini, meskipun ada kemajuan teknologi, tidak memiliki 'akses istimewa' yang sama terhadap sirkuit saraf sosial di dalam otak seperti rekan-rekan mereka di kehidupan nyata,” Profesor Hirsch menyimpulkan.
Studi ini menjadi pengingat bahwa meskipun teknologi sudah merevolusi kemampuan kita untuk terhubung, teknologi masih belum mampu mereplikasi kekayaan interaksi di kehidupan nyata.
Temuan penelitian ini mempunyai implikasi besar terhadap pemahaman kita tentang komunikasi online, khususnya di era dimana interaksi virtual menjadi semakin lazim.
Saat kita menavigasi dunia interaksi jarak jauh yang kompleks, penting untuk menyadari keterbatasan yang disebabkan oleh teknologi yang ada. Dinamika rumit dan berbagai isyarat sosial yang muncul secara spontan selama pertemuan tatap muka tampaknya tidak ada atau berkurang secara signifikan di dunia online.