Ketika Israel Hancurkan Pemukiman Tentara Muslim yang Ikut Perang Salib
GENPOP -- Pertempuran antara Tentara Salib dan umat Muslim, yang kemudian dikenal dengan Perang Salib, juga melibatkan orang-orang dari wilayah Maghreb, atau Maroko.
Mereka datang ke Yerusalem khusus untuk bertempur di barisan yang dipimpin oleh Shalahuddin Al Ayyubi, Perang Salib kala itu.
Umat Muslim berhasil meraih kemenangan pada perang tersebut, sehingga sebagian besar wilayah yang diduduki Tentara Salib pun dibebaskan.
BACA JUGA: Kisah Pemukiman Dekat Masjid Al Aqsa: Dibangun Shalahuddin Al Ayyubi, Dimusnahkan Israel
Peran orang-orang Maghreb tidak bisa dipandang sebelah mata dalam menaklukkan Tentara Salib. Mereka ada di semua lokasi, baik darat maupun laut.
Setelah kemenangan itu, Shalahuddin Al Ayyubi mempertahankan pasukan dari kalangan orang-orang Maroko untuk tetap berada di dekat Masjid Al Aqsa.
Tinggalah orang-orang Maghreb itu di bagian barat daya Tembok Buraq, yang dianggap sebagai daerah yang mudah dijangkau musuh.
"Di sana aku tempatkan orang-orang yang berjuang di darat maupun laut. Dan aku titipkan kepada mereka masjid suci dan kota ini," kata Shalahuddin Al Ayyubi.
Sekadar diketahui, persentase populasi orang-orang Maghreb sekitar 25 persen dari total tentara yang dia pimpin. Mereka, orang-orang Maghreb tersebut, turut menimba ilmu di sana.
Hingga kemudian tempat itu dinamai Harah Al Magharibah, yang berarti Distrik Orang-Orang Maghreb/Maroko. Distrik tersebut dihuni orang-orang asal Maroko pada tahun 1187 M.
Lambat-laun, distrik itu terus berkembang. Misalnya pada masa pemerintahan Raja Al Afdal Nur Al Din Al Hakam, dilakukan pembangunan fasilitas di Harah Al Magharibah.
Di antaranya sekolah dan masjid. Lalu pada tahun 1300 M, berubah menjadi tempat yang ramai dikunjungi penduduk yang berasal dari Maroko, untuk tujuan pendidikan dan ziarah.
Di masa pemerintahan Ottoman, Distrik Magharibah kian berkembang pesat, baik dari sisi intelektual dan religius. Hingga membuat para cendekiawan, pemikir, dan ulama, termasuk syekh sufi, peziarah, pedagang, dan lainnya, tertarik mendatanginya.
Di masa Ottoman, ada beberapa perubahan dalam penampilan dan luas lingkungan Harah Al Magharibah. Dibuatkan gerbang yang sangat besar, karena semakin banyak orang yang berdatangan ke sana. Area alun-alunnya diperluas. Alun-alun ini disebut "Al Magharib Al Baraniyya".
Begitu banyak orang dari berbagai wilayah, seperti dari Tunisia, Libya, Maroko, dan Aljazair, yang datang ke Masjid Al Aqsa. Selama di sana, mereka tinggal di distrik Magharibah.
Bahkan, bertahun-tahun setelah itu, tepatnya di tahun 1955, Raja Mohammed V dari Maroko mengeluarkan keputusan untuk mendirikan rumah sakit di sana.
Untuk memberikan layanan kesehatan berkualitas tinggi kepada masyarakatnya. Rumah sakit ini secara resmi dibuka pada tanggal 14 Juli 1956.
Akan tetapi, kebiadaban Israel memusnahkan itu semua. Pada tahun 1967, pasukan pendudukan Israel menghancurkan Distrik Magharibah.
Tepatnya pada bulan Juni 1967, setelah Perang Enam Hari atau Perang Juni 1967, pasukan pendudukan Israel menyerang penduduk Harah Al Magharibah.
Menghancurkan semua bangunan dan fasilitas dasar, serta mengevakuasi penduduk dari lingkungan tersebut. Banyak keluarga yang mengungsi. Sebagian besar warga tewas, dan yang lainnya menghilang.
Setelah terjadi Perang di bulan Juni 1967, Harah Al Magharibah berubah menjadi lingkungan khusus bagi orang Yahudi, tempat mereka berdoa di Tembok Buraq. Semua bangunan kuno serta jejak sejarah yang membedakannya dilenyapkan.